The Clingy Baby

fairytalice
5 min readMar 5, 2024

--

Di setiap langkahnya ada kata “Mama” yang tidak pernah tertinggal.

Cio 2 years old.

Hari sabtu biasanya banyak dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk menggelar berbagai acara penting, khususnya acara pernikahan. Papa, mama, dan Cio juga sudah siap untuk memeriahkan acara pernikahan salah satu keluarga mama.

Disana Cio bertemu dengan sepupunya dari yang sering bertemu sampai yang jarang ia temui, atau bahkan tidak ia kenal.

Mama sangat antusias untuk menggendong adik sepupu Cio yang sangat menggemaskan. Satu persatu tidak terlewat untuk mama sapa. Cio belum merasa cemburu, ia masih santai memperhatikan bagaimana mama menyapa mereka.

Jika mama sudah mencoba untuk menggendongnya, barulah rasa cemburu Cio keluar. Dari gendongan papa, Cio berusaha untuk mengambil kembali mamanya.

Ah mama,” sudah ada rasa khawatir dari nada suaranya saat melihat mama sangat enjoy menggendong seorang bayi lain. “Mama…, no no.”

“Gak papa, itu masih mama Cio kok,” papa mencoba menenangkannya. Dari agak berjarak, papa mendekat ke arah mama. Dan Cio yang masih berada di gendongan papa berusaha lebih mendekatkan dirinya kepada mama.

“Liat nih sayang, ada baby…,” tunjuk mama kepada Cio.

Semakin tidak tenang Cio melihatnya. Ia mencoba menarik pita yang dipakai bayi perempuan itu sampai mengusik ketenangannya di gendongan mama.

“Eh,” dengan sigap papa menahan perbuatan Cio, “jangan … maaf ya. No ya Cio, kasihan adeknya.”

“Hahaha, cemburu ya Isaa mamanya pegang baby,” ucap mama dari bayi perempuan tersebut, yaitu sepupu mama Sofie.

“Gak boleh gitu dong,” takut terjadi hal lain, mama mengembalikan bayi tersebut kepada orang tuanya. Dan langsung mengomeli Cio atas tingkahnya barusan.

Tidak hanya sekali, lagi-lagi Cio menggrauk siapapun yang mendekati mamanya. Entah itu bayi, anak kecil, atau orang tua sekali pun. Contohnya, kakek. Kakek menjadi sasaran selanjutnya saat Cio melihatnya sedang memeluk mama.

Heh, masa kakeknya juga di pukul sih.”

Di umurnya yang menginjak dua tahun, Cio sudah tahu mana yang menjadi hak miliknya, dan jika hak miliknya itu terlihat dipegang orang lain ia akan marah. Ia merasa apapun yang merupakan miliknya tidak boleh menjadi milik orang lain. Contohnya, mama. Mama hanya untuk Cio, kadang papa juga kena imbasnya.

“Mama …,” rengek Cio.

“Minta maaf dulu sama kakek.”

Merasa tidak bersalah, Cio menggeleng dan memeluk mama di gendongannya. Ia peluk leher mama seperti tidak mau dipisahkan oleh siapapun. Pertemuan dengan keluarga dan orang banyak tidak begitu menarik bagi Cio, ia tidak suka jika mama ataupun papa asyik bersama orang lain selain dirinya.

Cio 5 years old

Suasana pagi di sekolah taman kanak — kanak sangat ramai dengan tangisan dan salam perpisahan dengan para orang tua. Tangisan tersebut salah satunya berasal dari sumber suara yang tidak lain adalah Isaac Abercio. Ia menangis tidak mau berpisah dengan sang mama.

Miss, maaf ya aduh baru lagi dianter mamanya jadi gak mau lepas,” mama merasa tidak enak kepada guru Cio karena harus menghadapi cranky Cio di pagi hari.

“Oh iya? Hahaha, it’s okay Isaac we’re gonna play puzzle today, later mama will pick you up at afternoon,” Miss Laura, guru kelas Cio membantu melepaskan pelukan Cio kepada mama, menimbulkan tangisan yang semakin keras.

“MAMA!”

Walaupun sulit, keahlian Miss Laura patut mama Sofie acungkan jempol. Masih terdengar samar — samar tangisan Cio di telinga Sofia, meskipun berat tidak mungkin ia membiarkan Cio berakhir bolos hanya karena egonya.

Beberapa hari sebelumnya, Sofia disibukkan dengan pekerjaannya dan mengakibatkan dirinya kurang waktu bersama Cio, khususnya mengantar — jemput. Di pagi hari ia sudah mengantar Cio ke sekolah dengan derai air mata, di pukul 12 siang ia kembali untuk menjemput buah hatinya.

Dari luar jendela Sofia bisa melihat Cio yang sedang mengemas tasnya dibantu dengan Miss Laura. Cio belum sadar jika sang mama sudah berada di luar kelas. Jujur Sofia cukup kasihan melihat raut wajah Cio, matanya sedikit sembab mungkin akibat menangis cukup lama, Cio terlihat lesu.

Saat melihat ke arah jendela, Cio malah menangis meninggalkan tasnya berlari kearah mama Sofie, “sayang mama …, udah jangan nangis lagi kita ketemu papa ya?”

Akibat menangis seharian dalam perjalan menuju tempat makan siang Cio langsung tertidur.

“Cio tidur, kamu bantu gendong dia ya,” suruh mama.

Papa Vin sudah lebih dulu sampai di tempat makan. Dengan tidak hati — hati Vincent menggendong Cio, membuatnya terusik lalu terbangun.

“Mama,” rengek Cio setengah tidur.

“Mamanya pergi,” canda Vincent. Mendengar kata ‘pergi’ membuat Cio terbelalak lalu merengek sampai menangis.

“Ini, mama disini,” Sofia menatap sinis ke arah Vincent.

Tidak mau ditinggal sang mama membuat Cio tidak mau lepas dari pelukan Sofia. Sambil makan pun ia mau di pangku oleh mama, tidak perduli ada kehadiran papa di depannya, yang Cio mau sekarang hanyalah mama.

Karena Cio anak pertama dan sepertinya akan menjadi yang pertama dan terakhir, bisa dibilang ialah penguasa dunia keluarga Altman. Sejak dalam kandungan sang mama Cio sudah banyak jejak digitalnya. Tidak pernah mama lewatkan dokumentasi tentang perkembangan Cio dari mulai ukurannya sebiji kacang sampai bertumbuh setinggi lutut mama.

Selain dokumentasi — dokumentasi tentang Cio, mama dan papa juga senang untuk mendokumentasikan setiap momen tentang mereka sebelum ada Cio.

“Cionya mana …?” tanya Cio saat ia dan mama sedang melihat album kenangan masa lalu.

“Belum ada dong, ini kan waktu mama sama papa baru nikah.”

“Kenapa belum ada?”

Mama menghela nafas, “karena Cio ada di hidup mama itu proses panjanggg banget, dan di photo ini itu baru langkah pertamanya.”

“Kalau ini?” Cio menunjuk salah satu buku jurnal saat mama mengandung dirinya.

Mama membuka jurnal tersebut satu persatu membiarkan Cio ikut melihatnya juga, “Ini Cio ya mama?!” ia menunjuk photo USG di dalam jurnal tersebut.

“Ih bener, ini beneran tau apa asal tebak?” tawa Cio membuat mama juga ikut tertawa. “Bener loh Cio, ini itu kamu waktu masih di perut mama. Cio diem di perut mama 9 bulan, inget gak di dalem ngapain aja?”

Tanpa mama duga, Cio mengangguk. “Ah yang bener?”

“Cio makan makanan mama loh,” ucapnya antusias, sedangkan mama terbelalak tidak percaya. “Ini Cio!”

“Iya, ini Cio setelah 9 bulan di perut mama, terus lahir deh anak mama ini.”

“Sakit ya mama?”

Sofia diam tidak tahu harus menjawa apa lagi, kenapa juga bocah umur 5 tahun itu bertanya demikian. “Hmm, sakit. Tapi sakitnya langsung ilang kok setelah ada Cio di pelukan mama.”

“Mama … mau peluk,” Cio menyingkirkan jurnal di tangan mamanya, berusaha memeluk sang mama, “mama jangan sakit.”

Tidak tahan lagi, Sofia mengeluarkan setetes dua tetes air matanya. “Hahaha, mama nggak sakit kok, mama nggak akan sakit biar bisa sama Cio terus, ya?”

Cio mengangguk dalam pelukan erat bersama sang mama.

--

--

fairytalice
fairytalice

Written by fairytalice

all naration based on @fairytalice au's on x

No responses yet