Fly To New York

22 hours with mama and Cio on plane

fairytalice
5 min readDec 31, 2023

--

Akhir tahun selalu menjadi waktu yang pas untuk pergi berlibur bersama keluarga. Seperti keluarga Cio yang akan menghabiskan libur panjang akhir tahunnya menyusul sang papa yang sedang bekerja di New York.

Sejak awal Desember, papa sudah pergi ke New York bersama teman kerjanya untuk melakukan sebuah pekerjaan. Karena mama juga sama-sama bekerja, jadi Cio dan mama baru bisa menyusul mendekati hari natal dan tahun baru.

Sebenarnya tidak pernah terlintas di agenda liburan mereka untuk pergi ke New York. Tapi karena Vincent sedang bekerja disana, maka ia sekalian mengajak keluarganya untuk berlibur.

Sejak beberapa hari kebelakang Sofia sangat gugup untuk pergi sangat jauh hanya berdua dengan Cio yang masih berumur 2 tahun. Tidak ada papa, tidak ada sus Ani, hanya mama yang akan mengurus Cio selama di perjalanan. Berbagai persiapan dan wejangan sudah mama siapkan dan catat agar perjalan bisa berjalan dengan lancar.

“Cio denger mama,” sebelum pesawat take off mama memberi arahan terlebih dahulu kepada Cio, “mama minta tolong Cio jadi anak baik ya, dengerin apa kata mama, jangan rewel, kalau minta sesuatu panggil mama baik-baik gak usah teriak-teriak, okay?”

Key.”

“Cio duduk sendiri disini, pakai sabuk pengamannya ya, mama duduk di kursi sebelah Cio,” tunjuk mama kepada kursi disebelah kanan Cio.

Pesawat pun mulai lepas landas. Sofia tidak pernah lepas pandangannya dari sang anak di sampingnya yang sedang anteng dengan tontonannya.

Sejauh ini tidak ada drama apapun dari Cio, seperti perintah mamanya jika butuh sesuatu ia bisa panggil mamanya di samping, dan ia melakukannya dengan baik. Selama perjalanan di udara Cio juga banyak tidur. Saking pulasnya, ia tidak terbangun saat mereka harus transit terlebih dahulu.

Barulah, saat waktu transit Cio membuat mama khawatir. Mungkin karena ia bosan, lelah, dan juga masih mengantuk pergerakannya menjadi serba salah. Tidur salah, makan tidak mau, jalan-jalan pun melelahkan.

“Gendong yuk, kita cari makan,” mama menggendong Cio yang tidak seringan saat ia masih bayi 1 bulan mengitari airport lounge.

“Ini mau?” Cio menggeleng, ia hanya mengistirahatkan kepalanya pada dada mamanya. “Roti aja ya, sama susu cokelat mau?” lagi-lagi Cio menggeleng.

Ia terus merengek dengan alasan yang tidak jelas. Sofia sudah semakin gelisah, biasanya jika ada sus Ani atau Vincent ia bisa bergantian untuk menghibur Cio yang sedang cranky, tapi sekarang mereka tidak ada untuk membantu Sofia.

Walaupun tawaran makanan dari mamanya tadi selalu ditolak Cio, pada akhirnya apa yang disuapkan oleh mama diterima juga oleh mulut Cio.

Perjalanan kembali dilanjutkan untuk menuju destinasi terakhir. Cio kembali terlelap mulai dari pesawat take off sampai landing. Sepertinya ia memang lelah dan butuh tidur saja.

Vincent sudah menunggu kedatangan Sofia dan Cio. Tepat saat melihat Sofia, Vincent langsung menghampirinya. Kurang lebih 30 jam waktu perjalanan, Sofia berhasil. Cio masih tenang tertidur di gendongan mamanya, seperti bayi kanguru. Vincent mencium pucuk kepala Cio dan mengecup bibir Sofia, lalu mengambil alih koper-koper yang dibawa Sofia.

“Rewel banget dia?” tanya Vincent, dengan fokusnya pada jalanan di depan karena ia sedang menyetir.

Hmm,” terlalu lelah Sofia untuk menceritakkan kesulitannya sekarang, matanya langsung terpejang saat masuk ke mobil, “cranky banget waktu transit, sisanya dia tidur.”

Layaknya putri tidur, Cio belum juga bangun dari tidurnya membuat Sofia khawatir. Apa anaknya itu tidur atau pingsan. Sofia menepuk-nepuk pelan pipi Cio sampai lenguhan akhirnya terdengar.

Matanya mengerjap mencari tahu dimana ia sekarang. Mama membantunya keluar kamar untuk makan siang, karena Cio makan hanya sedikit. “Siapa tuh?” tunjuk mama pada papa yang sedang membantu Sofia membuat makanan.

“Cio! udah bangun? Kirain harus papa kiss dulu biar bangun.”

Cio tersenyum sumringah dengan muka bantalnya, “papa.” Ia merentangkan kedua tangannya. “Cio sama papa dulu ya, mama mau beres-beres terus tidur bentar.”

Dengan senang hati Cio memeluk leher papa yang menggendongnya, “Cio mau makan ini? hmm…enak loh.”

Senyuman bocah 2 tahun itu belum luntur, ia mengangguk semangat tawaran makan sang papa.

Akhirnya Cio bisa kembali makan berdua bersama papanya, karena beberapa minggu kebelakang saat papa pergi ia hanya berdua bersama sus Ani. Mama harus mengejar targetnya untuk bisa libur di akhir tahun.

Hoam…” Cio menguap setelah menghabiskan makanannya. Sepertinya anak kecil itu jetlag seperti mamanya yang sudah tepar lebih dulu.

Sofia tadi berpesan jika Cio kembali mengantuk, sebisa mungkin jangan dulu membawa ia untuk tidur, karena nanti malam ia bisa begadang. Tapi Vincent merasa iba jika Cio harus menahan kantuknya. Jadi papa membawa Cio untuk kembali tidur di samping mamanya.

Eungh…papa ja,” ia menolak untuk tidur di samping mama. Badan Cio sangat lengket menggantung pada papanya. “Papa.”

“Tapi papa gak akan tidur nak, disini aja tidurnya sama mama ya?” Cio menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya.

Akhirnya Vincent membawa Cio keluar kamar untuk menonton bersama dengannya. Belum ada 1 menit durasi film yang di tonton, Cio sudah kembali terlelap, membuat Vincent terkekeh. Bisa tidak tidur 3 hari Cio jika seharian dari kemarin ia terus tertidur.

Dan benar saja. Saat waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam, Cio masih asik memainkan mobil-mobilannya sambil bersenandung riang. Matanya terlihat sangat segar.

Mama yang baru saja bangun tidur saja masih terasa lelah dan ingin kembali tidur. Sedangkan papa yang tidak merasakan jetlag ingin segera memejamkan matanya.

“Cio gak mau bobo?” tanya mama.

Vincent akhirnya terlelap dengan paha Sofia sebagai bantalan. Ditambah elusan Sofia yang terasa nyaman di kepalanya.

“Papa bobo?” tanya Cio melihat Vincent yang sudah terlihat damai memejamkan matanya.

“Iya papa udah bobo, Cio juga bobo yuk. Nanti kan mau beli mainan.”

Melihat papanya yang sudah tertidur membuat dirinya FOMO dan ikut menidurkan dirinya juga di dekat sang mama. “Maw mimi mama,” pinta Cio.

“Janji bobo ya?” Cio pun mengangguk. “Sayang pindah ke kamar, mau bikin susu buat Cio dulu.”

Dengan setengah sadar Vincent hendak berjalan menuju kamar. “Papa!” namun terhenti karena panggilan anaknya yang meminta untuk pergi bersama.

Tidak mudah membawa bocah yang sedang jetlag itu untuk tertidur. Sampai susunya habis di dot pun, matanya masih sangat segar. Beberapa lagu yang ia hafal juga sudah dinyanyikan olehnya. “Udah konsernya, kapan mau tidurnya ini?”

“Mama, kitsh.”

Menuruti keinginan anaknya, Sofia mencium Cio banyak-banyak di setiap sudutnya, “oh harus kiss dulu baru mau tidur gitu. Kayak siapa begitu?”

Tanpa rasa ragu Cio menunjuk papanya yang sudah berada di alam mimpi, “papa hehe.”

“Dasar,” Sofia mengelus kepala Cio, terkekeh dengan tingkah anaknya yang selalu berkiblat kepada sang papa.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

fairytalice
fairytalice

Written by fairytalice

all naration based on @fairytalice au's on x

No responses yet

Write a response