Bunga untuk mama di hari Ibu

fairytalice
4 min readDec 25, 2023

Cio kecil menunggu mamanya yang sedang bekerja di florist karena sus Ani sedang tidak bisa mengurusnya hari itu dengan alasan beliau sedang sakit. Dengan begitu, mama harus mengurus bocah aktif kesayangannya seharian tanpa bantuan sus Ani.

Ditambah papa yang sedang pergi bekerja ke luar kota membuat mama kesulitan membagi waktu kerja dengan mengurus anaknya.

“Adek mau bunga?” tanya salah satu pekerja di florist mama. Sepertinya ia pekerja baru, karena tidak mengenal nama Cio. Walaupun ia tahu Cio adalah anak bossnya.

Sejak tadi Cio memang berdiri di sekitaran tumpukkan bunga di toko seperti sedang memilih bunga yang akan ia ambil. Mendengar pertanyaan tersebut, Cio mengangguk tanpa bersuara.

“Buat mama,” ucapnya pelan.

Pekerja itu tersenyum kepada Cio, gemasnya bocah kecil itu sedang memilih bunga untuk diberikan kepada mamanya. “Mau yang mana adek? Mau aku bantu?”

“Mau itu, yang blue,” tunjuk Cio pada tumpukkan bunga berwarna biru yang masih terlihat segar. “Blue yang itu juga,” telunjuk mungilnya mengarah ke bunga lain yang juga berwarna biru tidak jauh dari bunga sebelumnya.

“Ada lagi?” Cio menggeleng. Ia mengambil bunga yang diambil oleh pekerja tersebut untuk diberikan kepada sang mama sebagai ucapan hari ibu.

Maatsih (makasih).”

Dengan senyum bahagia Cio berlari menghampiri mama di dalam kantor. Sayangnya senyuman Cio terlalu lebar sampai pandangannya hilang dan berakhir menabrak pintu kaca yang membatasi antara toko bunga dan kantor utama.

Bruk!

“Ya ampun, Isaa gak papa sayang?” teman kerja mama yang sudah lama bekerja bersama mama menghampiri Isaa yang tergeletak dengan dua tangkai bunga digenggam di tangan kanannya.

Huaaa mamaaaa!”

Tanpa menunggu lama, teman kerja mama kita sebut saja Bella, membantu Cio untuk kembali berdiri. Baru saja Bella akan menarik badan Cio kepelukannya ia menggeser pintu kaca dan memilih untuk berjalan sendiri sambil menangis memanggil sang mama.

Bella tidak membiarkannya begitu saja, ia mengekor di belakang Cio tanpa sepengetahuan bocah itu.

“MAMA!”

“Kenapa sayang?”

Sengaja Cio berteriak memanggil mama supaya langsung mendapat jawaban dari sautannya. Dan benar saja, teriakan itu membuat mama keluar dari ruangannya.

“Loh kenapa nangis?”

“Anak lo nabrak pintu masuk depan tuh, gak liat dia saking beningnya kaca kantor ini,” terang Bella.

“Astaga… mana yang sakit?”

Bukannya menjawab pertanyaan dari mama, Cio menyodorkan dua tangkai bunga yang tadi ia ambil di depan toko bunga milik mamanya sendiri. Sambil terisak ia memberikannya kepada mama, “mama…”

“Buat mama?” Cio mengangguk, mama terkekeh dengan tingkahnya. Walaupun masih menangis dan kepalanya terasa nyut — nyutan Cio bisa memberikan bunga pilihannya kepada mama dengan selamat (kecuali jidatnya).

So sweet banget, haha pengorbanan anak lo nih Pi walaupun abis kejedot tetep ngasih bunga lebih dulu daripada ngadu kepalanya benjol,” Bella yang masih single merasa iri dengan adegan romantis antara Cio dan mama Pia.

“Makasih ya sayang mama,” mama membantu mengelap air mata dan keringat Cio, menerima dua tangkai bunga pemberian putranya, lalu mencium kening Cio supaya cepat sembuh.

Dengan tergesa Cio memasuki rumahnya dengan satu bouquet bunga yang baru ia beli di jalan pulang dari sekolahnya (bukan dari florist mama). Ada rasa bangga dalam dirinya dengan bouquet cantik di genggaman tangan kanan Cio, sedangkan tangan kirinya memutar — mutar kunci motor.

Senyumnya tentu saja tidak pernah hilang, itu sudah menjadi ciri khas seorang Isaac Abercio.

“Wow, gede banget ini aku simpen dimana ya,” terdengar suara mama di belakang rumah terdengar antusias.

“Simpen sini juga gak papa, seneng gak?” dan terdengar juga suara papa, sepertinya mama dan papa sedang bersama.

Baru Cio mau menghampiri pusat suara tersebut, badannya mematung di ruang keluarga karena nyalinya langsung ciut melihat bouquet bunga mawar yang di kemas dengan rapi dan terlihat sangat besar dari miliknya. Senyum manisnya hilang untuk sesaat.

“Eh Cio! Sini,” ajak mama.

“Apa ini?” Cio terheran — heran dengan bouquet besar berisi bunga yang indah dan terlihat masih segar. “Dari papa?”

Dengan bangga papa mengangguk. Sungguh menyebalkan cara papa memberikan jawaban atas pemberian bunga tersebut kepada Cio. Tapi Cio yakin, mama juga pasti suka bouquet darinya walaupun tidak sebesar itu. Senyumnya kembali mekar.

“Selamat hari ibu mama,” ucap Cio sambil menyodorkan bouquetnya.

“Cantiknya, makasih sayang mama,” lihat, mama tidak pernah menolak sekecil apapun pemberian dari anak semata wayangnya, “wangi banget sayang, makasih ya cinta mama, I love you.”

Mama menghujani seluruh wajah Cio dengan ciuman, memeluk badan yang sudah semakin tinggi dari wanita yang telah melahirkannya dulu.

Cio berbisik kepada mama di depan papa. Kedua mata mama membelalak, tangannya menutup mulutnya yang terbuka lebar akibat terkejut. “Serius? Mama siap — siap dulu ya,” Cio mengangguk senang.

“Siap — siap mau kemana? Kamu bisikin apa?” papa mulai kepo.

“Mau tau aja orang tua,” dengan senyuman ciri khasnya Cio melenggang meninggalkan papa dengan bunga mawarnya untuk sang istri.

HAPPY MOTHERS DAY MAMA PIA ❤

--

--

fairytalice
fairytalice

Written by fairytalice

all naration based on @fairytalice au's on x

No responses yet